Macron Khawatir Masa Depan Eropa Bakal Dikuasai Islam?

Macron Khawatir Masa Depan Eropa Bakal Dikuasai Islam Macron Khawatir Masa Depan Eropa Bakal Dikuasai Islam?
Macron Khawatir Masa Depan Eropa Bakal Dikuasai Islam?
Oleh: Nuim Hidayat

Kalau kita melihat gerakan dakwah internasional, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan lain-lain mayoritas adalah gerakan damai. 

Mereka ingin mengubah dunia atau negaranya menjadi Islami dengan cara-cara yang damai. Dengan dakwah, dialog, debat, aksi-aksi sosial dan lain-lain. Hanya sedikit gerakan dakwah yang 'setuju dengan kekerasan.' Dan itupun biasanya ada sebab yang melatarbelakanginya.

Di masa dunia terhubung langsung dengan internet saat ini, gerakan dakwah damai ini sangat diperlukan. Di era kebebasan informasi, kebebasan bicara, cara-cara damai menyadarkan orang akan kehebatan Islam adalah hal yang urgent dilakukan seorang Muslim dimanapun.

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan keadilan. Saking pentingnya perdamaian ini, Sayid Qutb ulama besar yang dituduh Barat 'the founder of terrorism' menulis buku Islam dan Perdamaian Dunia.

Menurut Qutb, perdamaian dunia akan terwujud bila masing-masing pemimpin dunia ini memiliki jiwa yang sakinah, jiwa yang damai. Jiwa damai seorang pemimpin itu akan menular kepada bawahannya dan masyarakatnya.

Sayid Qutb tidak pernah menyeru perang atau membunuh orang lain, kecuali bila Muslim diperangi. Tapi ironisnya ia dituduh pendiri terorisme dan tokoh radikal/fundamentalis oleh ilmuwan Barat.

Maka jangan heran karena menginginkan perdamaian, gerakan dakwah Islam mayoritas ikut pemilu dalam upaya mengegolkan cita-citanya. Sebagaimana kaum sekuler atau non Islam juga ikut pemilu untuk mengegolkan cita-cita mereka.

Tapi Barat tidak adil. Lihatlah kasus ketika tahun 1990/1991 kelompok Islam FIS menang pemilu di Aljazair, Barat ikut membantu menganulirnya. Aljazair adalah bekas jajahan Perancis. Begitu juga ketika Hamas menang Pemilu 2006, Barat memboikotnya. Hal yang sama terjadi ketika Mohammad Mursi di Mesir naik jadi presiden lewat pemilu demokratis kemudian dikudeta militer As Sisi, Barat mendukung kudeta militer.

Puncak ketidakadilan Barat -Amerika, Inggris, Perancis dll- adalah ketika Barat melakukan rekayasa pendirian Israel 1948, pembantaian di Bosnia/Chechnya 1992 dan invasi Irak 2003. Jumlah korban umat Islam jutaan.

Hal seperti ini sulit dilupakan dalam memori seorang Muslim terpelajar. Jadi kalau dunia ini ingin damai dan adil, Barat harus mengubah perilakunya. Barat harus bersikap 'husnudhan' terhadap Muslim. Karena kaum Muslimin di dunia mayoritas ingin dunia ini damai dan adil. Kaum muslim ingin dakwah dengan penyadaran ini tidak dihambat.

Kasus terbunuhnya Paty, guru yang menghina Nabi -dengan menunjukkan karikatur sinis Nabi Muhammad kepada murid-muridnya- sebenarnya juga kesalahan presiden Emmanuel Macron sendiri. Sebelum kasus Paty terjadi, Macron telah membenci kaum Islamis dan mengatakan Islam dalam krisis. Pemuda Chechnya yang membunuh Paty itu -anak muda 18 tahun punya sikap emosional yang tinggi- ingin memberi pesan kepada Paty agar tidak menghina manusia yang paling mulia dalam Islam. Dan memberi pesan kepada Macron agar tidak menzalimi kaum Muslim di Prancis yang terus tumbuh jumlahnya.

Jadi kemarahan anak muda itu disebabkan awalnya oleh sikap orang nomer satu di Perancis yang kurang ramah terhadap Islam.

Kaum Muslimin memang terbelah menjadi dua atas sikap pemuda Chechnya itu. Ada yang setuju dan ada yang tidak.

Yang setuju, karena ada hadits Rasulullah yang membolehkan membunuh orang yang menghina Nabi Muhammad Saw. Yang tidak setuju, memberikan penafsiran hadist itu dengan kondisi masa kini. Dimana kebodohan terhadap masalah kenabian banyak terjadi di masyarakat dan kebebasan ekspresi yang mendunia saat ini.

Sebagian ulama menyatakan bahwa orang yang menghina Nabi itu harus dibawa dalam pengadilan Islam dan disuruh taubat selama tiga hari. Bila tidak mau, baru dihukum mati. Wallahu a'lam.

Saat ini dakwah sedang gencar di Eropa dan Amerika. Tiap hari kabarnya ada yang masuk Islam. Dan jumlah penduduk Muslim di Eropa meningkat pesat. Salah satu sebabnya, selain karena imigrasi juga karena penduduk Islam disana ramai punya anak, sedangkan penduduk non Islam banyak yang enggan kawin dan punya anak. Maka ada yang meramalkan berapa puluh tahun lagi, Eropa akan berubah menjadi mayoritas Islam. Majalah National Geographic pernah menggambarkan cover di depannya Muslimah Berjilbab tentang masa depan Eropa.

Inilah mungkin yang dikhawatirkan Presiden Macron dan tokoh-tokoh non Islam Eropa yang sehaluan dengannya. Mereka khawatir Barat -yang tumbuh dari aliran Yahudi dan Kristen ini-- akan tergantikan oleh Islam. Mereka khawatir peradaban Islam akan mewarnai dunia kembali sebagaimana abad ke 8 dan 20 Masehi.

Karena kekhawatiran dan fobia Islam ini, akhirnya Macron banyak mengeluarkan perkataan dan sikap yang tidak bersahabat dengan Islam. Macron juga memutuskan akan membuat Undang-Undang yang membatasi gerak dakwah Muslim di Perancis.

Fobia non Muslim terhadap Islam ini sebenarnya juga terjadi di tanah air. Pembubaran ormas Islam, stigma negatif radikal untuk umat Islam adalah langkah-langkah untuk mengerem gerak laju dakwah yang damai di negeri ini. Kebijakan Islamofobia ini nampaknya juga kerjasama dengan Barat.

Jadi Barat seharusnya benar-benar menerapkan prinsip demokrasi dan keadilan dalam menyikapi kaum Muslim. Bila tidak, dunia akan terus keruh dan penuh kekacauan.

Biarkan masyarakat dunia ini berkembang secara alamiah. Biarkan gerakan dakwah Islam dan gerakan misionaris di Eropa dan juga di negara lain, berpacu dalam perdamaian. Biarkan perang pemikiran, debat keras terjadi antar mereka. Asal tidak terjadi peperangan fisik biarkan saja.

Bila tokoh-tokoh dunia berpegang teguh pada perdamaian dan keadilan, sebagai umat Islam kita yakin bahwa Islam akan mewarnai bumi ini. Karena Islam adalah satu-satunya agama Wahyu yang dibawa oleh manusia yang termulia. Agama yang sesuai fitrah dan mencintai keadilan dan perdamaian. Agama lain sudah menjadi menjadi agama budaya, berubah mengikuti zaman. Mereka tidak mempunyai kitab suci yang otentik sebagaimana Islam. 

Walhasil, Islam mengatasi zaman, pesan Sayyidina Ali. Wallahu alimun hakim
___
*Penulis: Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok dan Penulis Buku Imperialisme Baru)

Share Artikel: