KEMENANGAN MEMANG BELUM SEMPURNA, TAPI TUMBANGNYA KEZHALIMAN ADALAH SEBUAH KEBAHAGIAAN
KEMENANGAN MEMANG BELUM SEMPURNA, TAPI TUMBANGNYA KEZHALIMAN ADALAH SEBUAH KEBAHAGIAAN
Oleh: Abu Izzuddin
Selain menjadi sebuah kebahagiaan yang luar biasa bagi rakyat Suriah dan kaum muslimin dunia, jatuhnya diktator Bashar Assad ternyata masih menyisakan banyak sekali masalah dan problem. Dari tarik ulur sistem negara yang akan diterapkan, serangan Israel ke wilayah Suriah hingga munculnya perlawanan sporadis antek-antek rezim Bashar.
Di saat yang sama Syabab Hizbut Tahrir melakukan demo-demo menuntut ditegakkannya khilafah, kaum sekuler menuntut penerapan hukum sekuler di Suriah dan sebagainya. Dan sudah tentu, kaum muslimin di seluruh dunia menanti dengan harap-harap cemas dan berdoa agar Suriah menjadi titik awal kemenangan Islam dan tegaknya kembali Khilafah 'alaa Minhajin Nubuwwah.
Saya buka-buka lagi file lama yang berisi komentar-komentar para ulama mujahid yang selama puluhan tahun berada di parit-parit jihad tentang Arab Spring yang hasilnya justru sangat mengecewakan.
Namun meskipun pada akhirnya hasil dari Arab Spring ini jauh dari harapan, namun kaum muslimin masih memiliki harapan dari Suriah, negeri yang paling akhir memperoleh kemenangan 12 tahun setelah meletusnya Arab Spring.
Meskipun jarak waktunya lumayan jauh namun setidaknya proses jatuhnya Bashar sedikit berbeda dengan diktator-diktator lainnya.
Bashar jatuh karena perlawanan jihad kaum muslimin Suriah sehingga pasca jatuhnya rezin bashar Assad, militer langsung diambil alih oleh mujahidin.
Pengambil alihan kekuatan militer ini sangat penting mengingat Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin yang berhasil menggulingkan diktator Hosni Mubarak bahkan menang pemilu Mesir dengan cara yang sangat jujur, akhirnya berhasil digulingkan militer melalui kudeta oleh Jenderal Abdul Fattah Al Sisi, seorang loyalis Mubarak.
Mengomentari jatuhnya para diktator Arab, Syaikh Athiyatullah Al Liby, Mufti Al Qaeda berkata:
“Benar, revolusi (Arab Spring) ini tidaklah sempurna sebagaimana yang kita harapkan. Akan tetapi hilangnya sebagian keburukan atau sebagian besarnya, adalah sesuatu yang menggembirakan orang. Meskipun kita juga berharap adanya langkah ini adalah pengantar untuk kebaikan yang akan datang dan pembuka bagi pintu-pintu lainnya dengan izin Allah.”
“Hendaknya kita mengetahui kadar (kemampuan) kita semua, dan hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam taa’wun (saling tolong/kerja sama) di atas kebaikan, ketaqwaan dan jihad di jalan Alloh. Semua (bermula) dari tempatnya dan dengan apa yang dia mampu serta dengan apa yang sesuai dalam haknya. Sedangkan Alloh akan membuka dan menurunkan kelapangan dan pertolongan dengan kejujuran orang-orang yang jujur, ketulusan orang-orang yang ikhlash dan doanya orang-orang lemah yang dikalahkan.”
“Dengan demikian, apapun awal dan akhirnya, gelombang revolusi yang terjadi di Timur Tengah tetap memercikkan harapan besar bagi perlawanan global kaum Muslimin di seluruh dunia”.
Syaikh Anwar Al Awlaky menulis dalam Inspire Magz:
“The first and probably most important change that this monumental event brought is a mental one. It brought a change to the collective mind of the ummah. “The revolution broke the barriers of fear in the hearts and minds that the tyrants could not be removed”.
“Yang pertama dan mungkin merupakan perubahan yang paling penting dari peristiwa yang monumental ini adalah perubahan mental. Moment (revolusi) ini membawa perubahan pada pemikiran ummat secara koletif. Revolusi ini mampu menghancurkan ketakutan yang sekian lama mendekam di hati dan benak kaum Muslimin bahwa para thaghut yang dzalim itu tidak bisa dijatuhkan.”
Revolusi Suriah setidaknya menjadi bukti bahwa tidak ada kezhaliman yang tidak akan runtuh, sekuat dan sedigdaya apapun bentuknya. Jika nantinya Suriah tetap menjadi sebuah republik yang berdasarkan syari'ah Islam, maka jawaban 2 orang ulama yang gugur syahid ini mudah-mudahan dapat melegakan hati kita.
Wallahu Ta'ala A'lam.