@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

“Nasib dunia saat ini berada di tangan 3 kakek-kakek”

Memasuki hari ke tujuh baku hantam rudal dan misil antara Israel dan Iran “Nasib dunia saat ini berada di tangan 3 kakek-kakek”
Catatan Saief Alemdar:

Memasuki hari ke tujuh baku hantam rudal dan misil antara Israel dan Iran, tampaknya situasi semakin mengarah pada terseretnya negara-negara lain dalam pusaran perang besar ini. Setelah rapat dengan tim di Gedung Putih dan Pentagon, Donald Trump meminta Iran “unconditional surrender” atau menyerah tanpa syarat.

Ini banyak dipahami bahwa kesabaran AS telah menipis dan besar kemungkinan AS akan gabung di kubu Isreal untuk menggempur Iran. Pertama karena memang mereka tidak mau Iran punya senjata nuklir, kedua karena mereka melihat Israel tidak mungkin bertahan lama kalau ditinggal sendirian. Wallstreet Journal mengutip pernyataan pejabat AS bahwa “Israel is running low on defensive interceptors” (Israel kehabisan pertahanan pencegat), karena dalam seminggu terakhir memang pertahanan udara Isreal benar-benar dibuat capek oleh misil dan drone Iran.

Adapun Iran, sejumlah sumber memberitakan bahwa pemimpin tertinggi, Sayyid Ali Khamenai telah menyerahkan sebagian besar mandat untuk mengambil keputusan kepada Dewan Tinggi Garda Revolusi Iran (IRGC), yang saat ini dipimpin oleh Mayjend. Mohammad Pakpour. Selama ini kekuasaan tertinggi dipegang oleh Sayyid Ali Khamenai, termasuk masalah pembuatan senjata nuklir, dimana fatwa Khamenai yang diadopsi selama ini oleh Iran adalah haram membuat senjata nuklir.

Ketika Khamenai menyerahkan sebagian besar mandat itu, artinya aksi saling ancam antara Iran dan Israel “perang akan berakhir kalau Khamenai mati”, begitu kata Menhan Israel, “Perang akan berakhir kalau Netanyahu mati” dibalas Iran, dianggap serius oleh Khamenai, sehingga kalaupun dia dibunuh, tongkat estafet terus berlanjut. Selain itu, langkah Khamenai itu juga dapat dipahami:

a. Pimpinan IRGC bisa saja melanggar fatwa haram senjata nuklir, berdasarkan kalkulasi perang di lapangan, dan mereka bisa mengambil kebijakan darurat tanpa harus merujuk ke pimpinan tertinggi. Once Iran mengumumkan telah memiliki nukes warhead, “you’re welcome in nukes club”.

b. Keputusan ini mempersiapkan negara untuk era pasca-Khamenei. Jika terjadi pembunuhan atau kematian mendadak, IRGC akan menjalankan negara untuk sementara waktu hingga Pemimpin Tertinggi baru ditunjuk, sehingga terhindar dari kekosongan politik.

c. Keputusan tersebut mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia luar—khususnya kepada Israel dan Amerika Serikat—bahwa pembunuhan Pemimpin Tertinggi tidak akan menghentikan upaya membela kepentingan negara, tetapi justru akan menyerahkan kekuasaan Iran kepada kelompok yang mungkin lebih radikal di negara tersebut.

Medsos di kawasan mulai rame dengan trik-trik menyelamatkan diri dari ledakan dan radiasi nuklir, seperti opini umum memang sedang digiring bahwa misil balistika Khaibar punya Iran yang belum dikeluarkan itu akan menghantam fasilitas nuklir Dimona di tengah padang pasir Negev di Israel, dan Israel akan membumi-hanguskan Teheran dengan nuklir mereka. Kalau melihat aqidah militer Israel seperti b'rerat Shimshon atau Samson Option, maka hal itu tidak mustahil, potentially nothing is off the table.

Simon Tisdall, seorang kolumnis The Guardian mengatakan: “Terus terang, nasib dunia saat ini berada di tangan 3 kakek-kakek yang perilaku dan kewarasannya mulai dipertanyakan. Benjamin Netanyahu; Donald Trump; dan Ali Khamenai. Btw, Tisdall juga udah kakek-kakek tuh, 72 umurnya.
Netanyahu, 75 tahun, tidak layak memimpin Israel, apalagi mengambil keputusan hidup atau mati atas nama negara itu. Ia gagal melindungi warga Israel dari serangan Hamas tahun 2023, lalu menghindari tanggung jawab. Ia gagal memenuhi janjinya untuk menghancurkan Hamas dan membawa kembali para sandera, namun tentaranya telah membunuh lebih dari 55.000 warga Palestina di Gaza, Ia juga menginvasi Lebanon dan Suriah. Sekarang giliran Iran. Kapan nyahoknya itu Netanyahu? Akankah ia melawan Turki, Pakistan... selanjutnya?

Ayatollah Ali Khamenei, Pria berusia 86 tahun itu menduduki jabatan tinggi di atas rezim teokratis. Seperti Netanyahu, Khamenei didukung oleh kaum konservatif garis keras dan ditentang oleh para reformis, tetapi dialah yang mengambil keputusan.

Donald Trump, 79 tahun, adalah orang ketiga dalam tragedi ini. Sebelumnya, ia mengatakan lebih suka merundingkan kesepakatan nuklir baru dengan Iran, setelah dengan bodohnya menghancurkan kesepakatan sebelumnya. Namun, ia tidak dapat memutuskan persyaratannya, dan para negosiator amatirnya terus mengubah posisi mereka. Ia malah bertindak asal-asalan, percaya pada insting yang selalu buruk. Itu membuatnya menjadi mangsa empuk bagi operator licik seperti Netanyahu.”

Sudah 6 hari terakhir wilayah udara di timur tengah terganggu, banyak penerbangan yang dicancelled, dan telah mengganggu rute penerbangan Asia ke Eropa dan Afrika, dan menyebabkan perubahan rute dan melonjaknya harga-harga tiket. 48% minyak dunia berada di kawasan ini, dan jalur utamanya Selat Hormuz dan Bab Al Mandib, satu dikuasai Iran, satu lagi dikuasai Yaman. Aksi baku hantam rudal dan misil ini kalau tidak diakhiri, maka at the end kalau bukan PD III dimulai, maka salah satu antara Israel atau Iran yang akan tersisa di atas peta!

Bagi orang Suriah yang berada diantara rudal dan misil Iran dan Israel, mereka dizalimi oleh kedua pihak, baik Israel atau Iran. Makanya bagi orang Suriah, mereka menikmati apa yang sedang terjadi, dan mengamalkan perkataan Imam Malik, “Allah akan membalas kezaliman orang zalim melalui orang zalim lainnya, lalu kemudian Allah menghabisi keduanya.”

Saking diamnya Suriah, sampai-sampai beredar perkataan yang dinisbatkan kepada Presiden Suriah, Ahmad Al Sharaa, katanya Suriah mengijinkan Israel menggunakan wilayah udara Suriah untuk menyerang Israel. Padahal sejak hari pertama pemerintah Suriah mengumumkan wilayah udara Suriah ditutup. Kalau Yordania bilang wilayah udaranya ditutup, artinya kalau ada besi lewat ditembak jatuh, mereka punya banyak F-16 dengan berbagai variant, dan punya rudal Patriot. Nah, Suriah menutup wilayah udaranya hanya pakai doa!

Setelah ditelusuri, ternyata orang pertama yang menyebarkan isu itu adalah Abu Ali Deirani (CIA Suriah garis keras) lewat akun X. Sejak dulu Abu Ali ini kalau dalam ilmu hadis disebut kazzabun mudallisun.

Pada akhirnya, older men declare war, but it is the youth that must fight and die! 

(fb)