Kaligrafi di Istana Presiden Erdogan لاغالب الا الله (Tiada Kemenangan/Penakluk Selain Allah)


[PORTAL-ISLAM.ID]  ANKARA - Pasca kemenangan pasukan Libya yang dibantu penuh Turki memporak-porandakan pasukan pemberontak Haftar dan tentara bayaran, Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj menemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di istana presiden di ibu kota Turki, Ankara, Kamis (4/6/2020).

Presiden Erdogan menyambut dan menunjukan kepada PM Sarraj kaligrafi (yang di tengah) yang dipajang di istananya bertulis: "لاغالب الا الله", Laa ghaliba illAllah: Only God attains victory, tiada kemenangan/penakluk selain Allah.

Tulisan ini menjadi ruh penyemangat umat Islam dulu ketika menaklukan Andalusia (711-1492 Masehi). Hingga sekarang kaligrafi ini "لاغالب الا الله" masih menghiasi istana Alhambra Andalusia (simak video dibawah postingan).


Saat pertemuan itu, ada salam khas yang dilakukan Erdogan kepada Sarraj, yakni Salam ala Ertugrul. Ertugrul adalah ayah dari Osman I yang merupakan pendiri Kesultanan Utsmaniyah.

Kata Erodgan: Inilah kita (dalam kondisi menang) setelah 100 tahun terpisah. Kita dulu hidup satu atap dengan saudara kita bangsa Libya.

Dilansir Anadolu, Presiden Erdogan mengatakan Turki dan Libya mencapai kesepakatan untuk memperluas cakupan kerja sama mereka di wilayah Libya.

"Turki dan Libya berencana untuk mengembangkan kerja sama di Mediterania Timur, termasuk kegiatan pencarian dan pengeboran, untuk mendapatkan keuntungan lebih lanjut dari sumber daya alam," kata Erdogan.

Erdogan juga mendesak komunitas internasional untuk menghentikan aktivitas putschist (pasukan kudeta) Khalifa Haftar dari penjualan minyak secara ilegal yang seharusnya menjadi milik rakyat Libya.

"Minyak, yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan Libya dan semua warga Libya, seharusnya tak diizinkan untuk dijual secara ilegal oleh para putschist," kata Erdogan.

Erdogan juga mencatat bahwa Turki akan mendukung pemerintahan Sarraj, dan terus berjuang di semua platform internasional untuk solusi yang adil dan sah di Libya.

"Kami tak akan pernah meninggalkan saudara-saudara kami di Libya berhadapan dengan para putschist dan tentara bayaran," kata dia.

Erdogan mengatakan meski Haftar dan milisinya telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang, pemerintah Sarraj selalu mengambil sikap positif dalam proses ini.

Erdogan menekankan bahwa seorang yang terus-menerus mengancam masa depan Libya tak lagi berhak untuk duduk di meja perundingan.

"Sejarah akan menghakimi mereka yang menyebabkan pertumpahan darah dan air mata di Libya dengan mendukung putschist Haftar," tambah dia.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Turki atas sikapnya yang tak terlupakan dan berani untuk Libya," kata Perdana Menteri Sarraj dalam pertemuan itu.

"Kami sepenuhnya membebaskan Tripoli dan sekitarnya. Sebenarnya, kesuksesan ini adalah kemenangan kita semua," kata dia.

Sementara itu, Sarraj mengatakan pemerintah Libya ingin melihat perusahaan-perusahaan Turki di Libya selama pembangunan negara itu.

Dia mengatakan Libya memiliki peluang besar untuk membangun kerja sama yang konstruktif dengan Turki karena sumber daya alam dan manusianya.

[Kaligrafi "لاغالب الا الله" yang menghiasai Istana Alhambra Andalusia]
Share Artikel: