Enaknya jadi Jaksa

Kejaksaan ini merupakan salah satu institusi yang secara  Enaknya jadi Jaksa
Kejaksaan ini bikin ketawa aja. 

Kejaksaan ini merupakan salah satu institusi yang secara “posisi” sangat beruntung. Membuat ia jarang bisa terawasi dengan baik.

Yang pertama, tanpa banyak yang tahu, ia adalah lembaga superbody. Seorang jaksa tak bisa diperiksa aparat penegak hukum lain tanpa izin jaksa agung.

Dari posisi hukumnya, ia berada antara polisi dan pengadilan. Polisi yg bersentuhan langsung dengan masyarakat akan habis dicerca (dan seringnya iya) ketika bermain-main dengan kasus. Karena polisi adalah lembaga pertama yg melalui proses hukum. Bukan hanya banyak lembaga pengawas polisi (seperti police watch), masyarakat bisa mengunggah langsung video interaksinya dgn polisi nakal.

Pengadilan juga relatif terawasi. Ada vonis aneh-aneh, bisa diamuk orang se-Indonesia, seperti kasus Ronald Tannur atau suami Sandra Dewi (meski juga msh banyak juga vonis aneh-aneh yang tak terekspos).

Sedangkan kejaksaan, ia hanya berurusan dengan orang yg memang bermasalah dengan hukum. Artinya, orang2 yg bersedia membayar untuk dimainkan pasalnya lebih ringan, dan bersedia membayar untuk itu. Orang yang posisinya terjepit cenderung tak akan berani speak up, dan pasrah saja. Jika dipalaki, sepanjang msh dalam kemampuannya, dia akan mau bayar. Ini yg saya duga menjadi penyebab kenapa kejaksaan relatif sedikit mendapat komplen. Lah mau komplen, salah2 pasal dan tuntutan dibuat maksimal.

Selain itu, nyaris juga tidak ada lembaga atau NGO yg jadi watchdog. Pernah dengar semacam kejaksaan watch? Atau pemantau kejaksaan? 

Nyaman betul menjadi jaksa di negeri ini. Makanya abis ungkap kasus korupsi pertamina ratusan triliun, eh enteng saja tiba2 jadi semacam jubir pertamina utk mengimbau masyarakat jangan tinggalkan pertamina.

Minimal ya bertanggung jawab lah sama temuannya sendiri yg menyebut ada pengoplosan pertamax😪

(Kardono Ano)

Share Artikel:

Related Posts :