Aku tanya ke Gemini (AI buatan Google):
"Kenapa negeri-negeri muslim sunni yang punya kemampuan militer kuat tidak bergerak untuk menghantam Israel dan menolong Gaza secara militer, kok malah negara syiah iran yang berani ngamuk?"
Jawab Gemini:
Ada beberapa alasan kompleks yang menjelaskan mengapa negara-negara Muslim Sunni dengan kekuatan militer yang signifikan belum mengambil tindakan militer langsung terhadap Israel untuk membantu Gaza, sementara Iran (negara Syiah) justru menunjukkan keberanian dalam konfrontasi:
Dinamika Geopolitik dan Aliansi:
(1) Hubungan dengan Barat (khususnya AS): Banyak negara Muslim Sunni yang memiliki kemampuan militer kuat (seperti Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab) memiliki aliansi strategis yang kuat dengan Amerika Serikat. AS adalah sekutu dekat Israel dan sangat menentang intervensi militer langsung terhadap Israel. Negara-negara ini sangat bergantung pada dukungan militer, ekonomi, dan politik AS. Konflik langsung dengan Israel akan merusak hubungan ini secara serius.
(2) Perjanjian Damai: Mesir dan Yordania memiliki perjanjian damai dengan Israel. Melanggar perjanjian ini akan memiliki konsekuensi politik dan ekonomi yang sangat besar, termasuk potensi kehilangan bantuan AS yang signifikan.
(3) Prioritas Domestik dan Regional: Banyak negara Sunni memiliki tantangan internal (seperti stabilitas politik, reformasi ekonomi) dan ancaman regional lainnya (seperti terorisme, persaingan regional). Mereka mungkin melihat intervensi militer langsung sebagai pengalihan sumber daya dan perhatian yang tidak perlu, yang berpotensi memperburuk situasi domestik atau regional mereka.
Risiko Eskalasi dan Perang Regional:
(1) Ancaman Balasan Israel: Israel memiliki salah satu militer paling canggih di dunia dan memiliki kemampuan nuklir (meskipun tidak diakui secara resmi). Serangan militer langsung dari negara Sunni mana pun kemungkinan besar akan memicu balasan yang sangat kuat dari Israel, yang berpotensi menyeret seluruh wilayah ke dalam konflik besar-besaran yang tidak diinginkan oleh sebagian besar negara.
(2) Kekhawatiran Keamanan Internal: Banyak negara Sunni khawatir bahwa konflik yang meluas akan mengganggu stabilitas internal mereka sendiri, memicu kerusuhan atau memberikan celah bagi kelompok-kelompok ekstremis.
Perpecahan Internal dan Perbedaan Prioritas:
(1) Divisi Sunni-Syiah: Meskipun ada solidaritas umum terhadap Palestina, ketegangan sektarian antara Sunni dan Syiah sangat signifikan di Timur Tengah. Iran sering dianggap sebagai ancaman oleh banyak negara Sunni karena ambisi regionalnya dan dukungan terhadap proksi non-negara. Ini mempersulit pembentukan front persatuan melawan Israel.
(2) Kepentingan Nasional yang Berbeda: Setiap negara memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. Meskipun simpati terhadap Gaza ada, kepentingan keamanan dan stabilitas nasional seringkali lebih diutamakan daripada solidaritas pan-Islam yang dapat menyebabkan konflik yang merugikan.
Pendekatan Diplomatis dan Bantuan Kemanusiaan:
(1) Pilihan Non-Militer: Banyak negara Sunni memilih untuk menggunakan jalur diplomatik (melalui PBB, Liga Arab, atau mediasi lainnya) dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada Gaza. Mereka berpendapat bahwa solusi jangka panjang harus datang melalui negosiasi politik, bukan konfrontasi militer.
(2) Tekanan Publik vs. Realitas Politik: Meskipun ada tekanan publik di beberapa negara untuk bertindak lebih tegas, pemerintah seringkali harus menyeimbangkan sentimen publik dengan realitas politik dan strategis yang kompleks.
Mengapa Iran Berani Mengambil Risiko:
(1) Ideologi Revolusioner: Iran didasarkan pada ideologi revolusioner yang menentang hegemoni AS dan Israel di wilayah tersebut. Dukungan terhadap "poros perlawanan" (termasuk Hamas dan Hizbullah) adalah pilar kebijakan luar negeri Iran.
(2) Isolasi Internasional: Iran sudah berada di bawah sanksi internasional dan seringkali terisolasi secara politik. Ini berarti mereka memiliki lebih sedikit kerugian diplomatik atau ekonomi dibandingkan negara-negara Sunni yang lebih terintegrasi dengan sistem global.
(3) Proxy Warfare: Daripada terlibat langsung, Iran sering beroperasi melalui proksi (seperti Hizbullah di Lebanon dan berbagai kelompok di Irak dan Yaman) untuk memberikan tekanan pada Israel dan AS tanpa memicu perang skala penuh dengan dirinya sendiri. Hal ini memungkinkan mereka untuk memproyeksikan kekuatan tanpa risiko intervensi langsung yang sangat tinggi.
(4) Dukungan Domestik: Rezim Iran menggunakan retorika anti-Israel dan anti-Amerika untuk memperkuat legitimasi domestik mereka dan memobilisasi dukungan di dalam negeri.
Singkatnya, meskipun banyak negara Muslim Sunni memiliki kekuatan militer, keputusan untuk tidak menyerang Israel secara langsung didorong oleh kombinasi aliansi strategis, risiko eskalasi yang tinggi, prioritas keamanan nasional, dan perbedaan sektarian. Sementara itu, Iran, dengan ideologi revolusionernya dan posisi geopolitiknya yang berbeda, memiliki insentif dan toleransi risiko yang lebih tinggi untuk konfrontasi.
*Kesimpulanku: Iran syiah berani, negara muslim sunni pengecut. Dan tentu aku tetap sunni dan anti syiah, karena urusan aqidah bukan diukur sikap politik π
(Ustadz Ihsanul Faruqi)