Kisah Istri Nabi Luth Yang Pro Lgbt



Nabi Luth mempunyai istri berjulukan Wali'ah. Sebagaimana banyak dinukil oleh para mufassir, Ibnu Abbas menyampaikan bahwa Wali'ah tidak termasuk pelaku LGBT. Terbukti ia menikah dengan Nabi Luth dan mempunyai beberapa anak.





Jika Al-Qur'an pernah menyebut pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nabi Luth dan Nabi Nuh (fakhonatahuma), itu yakni pengkhianatan aqidah dan keberpihakan pada agenda musuh. Bukan pengkhianatan berupa baghyun atau fahisyah.

Salah satu versi sejarah menyebutkan, bahwa semula Wali'ah yakni istri yang baik. Sayang ia terpengaruh oleh seorang perempuan bau tanah yang menyampaikan kekayaan berupa emas dan perak, dengan syarat ia harus bersedia memberi tahu penduduk Sodom, kalau ada lelaki ganteng yang bertamu ke rumahnya. Rumah Nabi Luth memang sering kedatangan tamu dari kaum lain.

Iman Wali'ah kalah dengan nafsu dan hasrat akan kekayaan dunia. Ia mendapatkan ajuan perempuan bau tanah itu. Ia pun memberitahu kaum Sodom, setiap kali ada lelaki ganteng yang bertamu pada suaminya.

Sementara itu, da’wah Nabi Luth kepada kaumnya tidak menambah apa-apa kecuali perlawanan dan kesombongan. Mereka terus-menerus mempertontonkan kekejian dan kemungkaran. Hingga Nabi Luth memohon derma kepada Allah, “Ya Tuhanku, tolonglah saya atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. Al Ankabut: 30).

Alloh mengabulkan doa Nabi Luth, dan mengutus Malaikat untuk membinasakan mereka. Malaikat tiba ke Negeri Sodom dengan mirip dua orang lelaki yang tampan. Nabi Luth merasa susah dan sempit dadanya alasannya yakni kedatangan mereka. Ia takut kedua tamunya akan menjadi mangsa mirip biasanya. (QS. Huud: 77)

Sementara bagi Wali'ah ini yakni peluang untuk mendapatkan pundi-pundi emas. Maka dengan rahasia ia memberitahukan kedatangan kedua perjaka ganteng itu kepada kaumnya.

Kaum Sodom pun berdatangan ke rumah Nabi Luth dengan penuh kebringasan. Luth mencoba mencegah mereka dengan menyampaikan untuk menikahi putri-putrinya. Hal itu bagi Luth lebih ringan dari pada mereka berbuat bejat kepada tamunya. Namun mereka tidak berminat sedikit pun kepada putri-putri Luth.

Tiba-tiba tamu itu berkata kepada Nabi Luth: “Sesungguhnya kami yakni utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak sanggup mengganggu engkau.” Kemudian mereka berkata lagi: “Bukakan pintu dan tinggalkanlah kami bersama mereka!”.

Nabi Luth pun membuka pintu rumahnya. Kaumnya menyerbu masuk dengan penuh kegilaan menuju ke arah tamu-tamu Nabi Luth. Ketika itulah, Malaikat memperlihatkan kelebihannya, ia membuatkan sayapnya dan memukul orang-orang berandal itu.





Akhirnya mata mereka menjadi buta seketika. Mereka berteriak kesakitan dan galau mencari arah. Bertanyalah Nabi Luth kepada Malaikat: “Apakah kaumku akan dibinasakan ketika ini juga?” Malaikat menjawab bahwa azab akan ditimpakan kepada kaumnya pada waktu Subuh nanti.

Malaikat memerintahkan Nabi Luth untuk pergi pada simpulan malam nanti bersama semua keluarganya, terkecuali istrinya. Istrinya Wali'ah termasuk yang akan diadzab. Karena ia telah berpihak dan turut membantu orang-orang berbuat kerusakan (QS. Huud: 81).

Ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa Wali'ah ikut diadzab alasannya yakni ia menoleh ke belakang ketika berlari bersama suaminya. Bisa alasannya yakni kepikiran harta, sanggup juga diartikan ia sesungguhnya hanya iba, merasa sayang dan kasihan kepada kaumnya. Padahal sebelumnya sudah diwanti-wanti Malaikat untuk tidak menoleh ke belakang punggungnya.

Manapun yang benar dari banyak sekali versi yang diriwayatkan, dongeng Wali'ah ini memberi pelajaran penting wacana keberpihakan. Betapa keberpihakan terhadap kekejian dan kemungkaran akan menyeret pada kebinasaan. Apapun yang menjadi alasan. Entah alasannya yakni tendensi materi, tenggang rasa yang bukan pada tempatnya, atau alasannya yakni intelektualitas yang kebablasan.

@hakimuddinsalim




Share Artikel: