Monolog Murahan Najwa
Monolog Murahan Najwa
Pun ketika wartawan mendatangi seorang narasumber di rumahnya, yang bersangkutan berhak untuk tidak menemui.
Seorang presiden boleh mengalihkan wartawan kepada juru bicaranya. Sebagaimana menteri pun boleh menyuruh staf atau Dirjend dan lainnya untuk mewakili dirinya dalam sebuah acara hiburan di televisi.
Mata Najwa itu tak lebih seperti acara hiburan televisi biasa aja. Sama seperti Ini Talk Show yang dipandu oleh Sule dan Andre Taulany. Juga seperti Just Alvin dan lain-lain.
Bahkan dalam hal kepatutan, Just Alvin lebih baik dari Mata Najwa, sebab Alvin tidak pernah memaksa seorang nara sumber untuk memberi jawaban sesuai yang diinginkannya.
Bandingkan dengan Najwa yang penuh framing. Seringkali mengejar nara sumber, memotong penjelasan, sampai ia mendapatkan apa yang sudah menjadi kesimpulan dirinya.
Tak ada netralitas pada sikap Najwa Shihab sebagai seorang wartawan. Atau dirinya yang memposisikan diri sebagai presenter untuk sebuah acara yang disebut sebagai kerja jurnalistik.
Terlebih kalau mau dibandingkan dengan ILC misalnya yang dipandu Karni Ilyas, sungguh tak sepadan.
ILC selalu menghadirkan dua kubu yang berseberangan, diberi panggung yang sama untuk adu gagasan dan argumentasi. Pak Karni benar-benar sekedar memandu, tanpa ikut-ikutan bergelut.
Sedang Najwa Shihab, seringkali dia bergelut sampai berguling-guling melawan nara sumbernya.
Tindakannya yang tetap menayangkan ocehan dia di hadapan kursi kosong, adalah satu contoh buruk etika tayangan talk show yang dipertontonkan di hadapan rakyat Indonesia.
Apa hak Najwa memaksa Pak Terawan untuk hadir ke acaranya?
Kemudian ada kabar bahwa sebenarnya Kemenkes sudah mengutus seorang Dirjen untuk mewakil Terawan hadir di Mata Najwa.
Tapi kabarnya Mata Najwa menolak. Saya coba telusuri informasi tersebut, tapi sejauh pencarian saya belum menemukan selain cuitan Deny Siregar yang dikutip beberapa media bukan mainstream.
Tapi kalau itu benar, semakin Najwa mengkonfirmasi dirinya bahwa ia sebenarnya tidak sedang ingin memberikan informasi kepada publik. Tapi sekedar membuat hiburan untuk menaikkan rating acaranya di TV dan menambah jumlah viewer di YouTube!
“Tak ada yang lebih otoritatif selain menteri untuk membahasakan kebijakan-kebijakan itu kepada publik, termasuk soal penanganan pandemi,” dalih Najwa sebagaimana yang dikutip Kompas.
Otoritas memang ada pada menteri. Tapi menteri itu tidak kerja sendirian. Ada banyak jajaran di Kemenkes yang bisa menjadi delegasi untuk melayani media.
Tak ada yang salah kalau seorang Dirjen mewakili menteri untuk menjawab pertanyaan publik, sebagaimana yang menjadi klaim Najwa bahwa seakan-akan ia adalah representasi publik.
Yang menjadi tugas utama seorang menteri adalah memastikan jajarannya bekerja semestinya, serius dan terukur dalam kementerian yang dipimpinnya.
Terlebih Kementerian Kesehatan yang saat ini sedang berjibaku melawan Corona.
Najwa jangan membuat sensasi di tengah wabah ini, dengan menciptakan monolog murahan yang sama sekali tidak dibutuhkan dalam penanganan Covid-19!
(By Abrar Rifai)