Dari 6 Menteri Baru, 1 Menteri Tidak Bisa Tidur
Di tengah malam ini, saya yakin dari 6 Menteri yang baru dilantik, hanya ada 1 menteri yang juga belum tidur seperti saya, bukan karena dia hobi begadang sampai menunggu adzan subuh seperti saya, tapi pasti karena dia sedang gelisah berat tidak bisa tidur.. dia adalah Menteri Pariwisata, Sandiaga Uno.
Kita makan Fried Chicken pasti identik diiringi dengan saus, saya berani bertaruh makan fried chicken tanpa saus pasti tidak enak.. Kita main layangan pasti harus disertai dengan adanya angin dan benang, tanpa angin dan benang tak bakal terbang itu layangan.. begitu juga yang namanya Berwisata, pasti sangat identik dan erat kaitannya dengan jalan2, rame2, kumpul2, bayangkan kita berpergian sepi2an, jalan2 sendirian2, keluyuran ke sana kemari tanpa teman, itu bukan berwisata namanya alias bakal tak berasa wisata.. dan akhirnya tak ada orang yg akan berwisata karena tak berasa happy versi wisata...
Yang jadi masalah besar disini adalah semua hal2 yg identik dan erat kaitannya dengan wisata itu tadi ironisnya justru sangat bertolak belakang dan bertentangan dengan pakem pencegahan penyebaran virus covid19 yang melarang kumpul2, rame2an, dan juga jalan keluyuran.. (NB: Apalagi pemerintah mulai tegas memberlakukan protokol kesehatan dan larangan kerumunan, sampai menjadikan HRS tersangka dan ditahan).
Disinilah letak situasi kontradiktif berat yang membuat sang Menteri Pariwisata putar otak melilit hingga sulit tidur, formula apa yang harus dia ciptakan agar situasi 'tak masuk akal' itu harus dia ramu jadi bisa 'diakali'.. entah bagaimanalah dia mengakalinya, karena saya yang sebagai pengamat pun juga kehabisan akal jika dimintai saran.. saya yakin akhirnya karena sang menteri ditekan oleh target, maka dia akan tetap jalani cara standard, yaitu pariwisata dengan protokol kesehatan (cuci tangan, pakai masker, bla bla bla...).. padahal kalau mau jujur, protokol itu hanyalah formalitas 'basa basi' karena jelas, selama kita ngumpul2 rame2an, mau secanggih apapun itu protokol, peluang tertular tetap terbuka lebar.. apalagi virus covid19 ini pun juga menyerang tanpa basi basi tegur sapa..
Lalu apa saran yang bisa saya berikan? Saya menyarankan pada pemegang tampuk pimpinan tertinggi negeri ini alias Presiden untuk realistis pada fakta ini, bahwa suka atau tidak suka kita harus berkorban sesaat, sebaiknya banting setir dulu, tarik gigi mundur dulu, jangan paksakan diri untuk memacu sektor pariwisata ini.. tak ubahnya seperti aktivitas sepakbola tanah air yang juga dilarang beroperasi dulu, kenapa pariwisata tak bisa diperlakukan sama? jangan karena tekanan pengusaha dan putaran uang besar pariwisata lalu penanganan covid19 jadi tak konsisten.. toh itu hanya temporer sementara.. begitu kira2 usulan umum singkat dari saya yang silahkan diinterpretasikan sendiri panjang lebarnya....
By Iruv Rufeldi (wartawan)